MAKALAH MANAJEMEN KELAS
“ PENGATURAN KONDISI KELAS DAN
IKLIM BELAJAR MURID “
NAMA
KELOMPOK 7 :
1. YOGA EKA W. ( A510120176 )
2. VITA AVIE APRILIA ( A510130236 )
3. MARHABAN SINA ( A510130052 )
4. OKSWARI WAHYUQI R. ( A510130073 )
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2013
/ 2014
Kata Pengantar
Puji dan syukur
kehadiran Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya lah Kami dapat menyelesaikan
makalah “Manajemen kelas” sesuai dengan yang di harapkan.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka untuk melengkapi
kesempurnaan tersebut sangat diperlukan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Semoga
upaya kecil dan tidak seberapa ini dapat bermanfaat, tak lupa pula penulis
mengucapakan terima kasih atas pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk
membaca makalah ini.
Surakarta, 6
April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dapat
dimengerti bahwa kondisi atau suasana belajar berpengaruh terhadap
pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu faktor penting untuk pembelajaran
adalah terpenuhinya kondisi dan suasana belajar yang optimal. Tindakan
manajemen kelas adalah tindakan yang dilakukan guru dalam rangka penyediaan kondisi
yang optimal agar pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut
dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik
fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh siswa rasa
kenyamanan dan keamanan untuk belajar, tindakan lain dapat berupa tindakan
korektif terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dan merusak kondisi
optimal terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
Tindakan
pencegahan dapat
merupakan tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur siswa,
mengatur peralatan dan lingkungan sosio-emosional.
Makalah
ini membahas 2 kondisi yakni kondisi fisik dan kondisi sosio-emosional yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas kami
dapat merumuskan masalah meliputi :
1)
Apa pengertian pengaturan kondisi
kelas dan iklim belajar siswa ?
2)
Kondisi apa saja yang mempengaruhi penciptaan iklim yang
kondusif ?
3)
Prinsip-prinsip
apa saja dalam mengajar yang efektif ?
4)
Bagaimana indikator kelas yang menyenangkan ?
C.
Tujuan
1) Untuk
mengetahui pengaturan
kondisi kelas dan iklim belajar siswa.
2) Untuk
mengetahui apa saja yang
mempengaruhi penciptaan iklim yang kondusif.
3) Untuk
mengetahui prinsip-prinsip
dalam mengajar yang efektif.
4) Untuk
mengetahui indikator kelas
yang menyenangkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGATURAN KONDISI KELAS DAN IKLIM BELAJAR
Pengelolaan kelas dalam
pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah segala usaha yang diarahkan untuk
mewujudkan suasana dan kondisi belajar di dalam kelas agar menjadi kondusif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
dengan kemampuan. Dengan kata lain pengelolaan kelas merupakan usaha dalam
mengatur segala hal dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan
sistem pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang efektif membutuhkan kondisi
kelas yang kondusif. Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar yang
mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajar
apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan
iklim dan kondisi kelas yang kondusif. Oleh karena itu guru perlu menata dan
mengelola lingkungan belajar di kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan,
aman, dan menstimulasi setiap anak agar terlibat secara maksimal dalam proses
pembelajaran.
Pengaturan lingkungan
belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan
kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak
untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara
fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan dapat
memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa
setiap anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai
dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya.
Pengelolaan kelas yang baik, dapat
dilakukan dengan enam cara sebagai berikut :
1) penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif
2) penataan ruang belajar sebagai sentra belajar
3) penciptaan atmosfir belajar yang kondusif
4) penetapan strategi pembelajaran dan
5) pemanfaatan media dan sumber belajar
6) penilaian hasil belajar.
Untuk lebih jelasnya, dijelaskan dalam uraian berikut:
a) Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan fisik di kelas
meliputi pengaturan ruang belajar yang didesain sedemikian rupa sehingga
tercipta kondisi kelas yang menyenagkan dan dapat menumbuhkan semangat dan
keinginan untuk belajar dengan baik seperti: pengaturan meja, kursi, lemari,
gambar-gambar afirmasi, pajangan hasil karya siswa yang berprestasi, alat-alat
peraga, media pembelajaran dan jika perlu di iringi dengan nuansa musik yang
sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan atau nuansa musik yang dapat
membangun gairah belajar siswa. Desain ruang kelas yang baik dimaksudkan untuk
menanamkan, menumbuhkan, dan memperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku
spritual siswa.
Dengan ruang kelas yang
baik, para siswa dapat berkomunikasi secara bebas, saling menghormati dan
menghargai pendapat masing-masing. Di samping itu, dengan ruang kelas yang
tertata dengan baik, guru akan leluasa memberikan perhatian yang maksimal
terhadap setiap aktivitas siswa. Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari
iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk
itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama
proses pembelajaran. Lingkungan kelas perlu ditata dengan baik sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan
antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1. Visibility ( Keleluasaan
Pandangan)
Visibility artinya
penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan
siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan
yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa
kegiatan pembelajaran.
2. Accesibility (Mudah Dicapai)
Penataan ruang harus dapat
memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan
selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup
untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak
mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3.
Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam
kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses
pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini
berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini
berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif
bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berpengaruh
positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan ruang
belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru
bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam
belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan
menurut Conny Semawan,dkk. (udhiezx.wordpress: 3) yaitu:
•
Ukuran bentuk kelas
• Bentuk serta ukuran bangku dan meja
• Jumlah siswa dalam kelas
• Jumlah siswa dalam setiap kelompok
• Jumlah kelompok dalam kelas
• Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai,
pria dan wanita).
Tempat Duduk
Siswa
Tempat duduk merupakan
fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran
terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah formal. Tempat duduk dapat
mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak
terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai
dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar
dengan tenang.
Bentuk dan ukuran tempat
yang digunakan bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat di duduki oleh
seorang siswa, dan satu tempat yang diduduki oleh beberapa orang siswa.
Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah di ubah-ubah formasinya yang disesuaikan
dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Untuk ukuran tempat dudukpun sebaiknya
tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga mudah untuk diubah-ubah dan
juga harus disesuaikan dengan ukuran bentuk kelas.
Sebenarnya banyak macam
posisi tempat duduk yang biasa digunakan di dalam kelas seperti berjejer ke
belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainya. Biasanya
posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakandalam kelas dengan metode
belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah
lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan
metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif, maka menurut
Lie (2007: 52) ada beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan dalam
pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:
•
Meja tapal kuda, siswa bekelompok di ujung meja
• Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
• Meja Panjang
• Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
• Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja
Dan masih ada beberapa bentuk posisi
tempat duduk yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kooperatif ini.
Dalam memilih desain penataan tempat
duduk perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas yang akan disesuaikan
pula dengan metode yang akan digunakan.
Hal yang tidak boleh kita
lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut, guru tidak hanya
menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang
guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik dilihat dari
aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu
menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana yang nyaman
bagi para siswa.
1) Pengaturan
Meja-Kursi
Susunan meja-kursi
hendaknya memungkinkan siswa-siswa dapat saling berinteraksi dan memberi
keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas
belajar. Meja-kursi juga hendaknya dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun
secara fleksibel. Beri keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih
meja-kursinya masing-masing,
Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja-kursi yang dapat dipilih oleh
guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran.
a. Model huruf U
Model susunan meja-kursi
model U dapat dipilih untuk berbagai tujuan. Dalam model ini, para siswa
memiliki alas untuk menulis dan membaca, dapat melihat guru atau media visual
dengan mudah, dan memungkinkan mereka bisa saling berhadapan langsung.
b. Model Corak Tim
Pada model ini, meja-meja
dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar
memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru
dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana
yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang
kelas untuk melihat guru atau papan tulis.
c. Model Meja Konferensi
Model ini cocok jika meja
relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi dominasi pengajar dan
meningkatkan keterlibatan siswa.
d.
Model Lingkaran
Dalam model ini, tempat
duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi
berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk
diskusi kelompok penuh.
e.
Model Fishbowl
Susunan ini memungkinkan
guru melakukan kegiatan diskusi untuk menyusun permainan peran, berdebat, atau
mengobservasi aktivitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri atas dua
konsentrasi lingkaran kursi. Guru juga dapat meletakkan meja pertemuan di
tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
f. Model Breakout groupings
Jika kelas cukup besar
atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi di mana
kelompok-kelompok kecil siswa dapat melakukan aktivitas belajar yang didasarkan
pada tugas tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan
sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
berikut ini dalam menerapkan model ini :
a) Pengaturan meja-kursi sebaiknya
dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel.
b) Memberikan keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih meja-kursinya
masing-masing, walaupun mungkin akan tampak acak-acakan dan tidak beraturan.
c) Susunan meja-kursi yang baik
adalah yang memungkinkan siswa dapat saling berinteraksi dan memberi keluasaan
untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar.
Prinsip pokok yang perlu diperhatikan dalam pengaturan meja-kursi adalah
tatanan mana yang dapat menstimulasi dan mempertahakan tingkat keterlibatan
belajar yang tinggi.
2. Pemajangan
Gambar Dan Warna
Pemajangan gambar dan
pemilihan warna perlu mempertimbangkan saran-saran berikut:
a. Siswa perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataan pajangan-pajangan yang
dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta membuat gambar, poster,
motto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan pesan tokoh tertentu, untuk dipilih
dan dipajang dalam kelas.
b. Guna menghindari kejenuhan
terhadap gambar dan isi poster afirmasi yang sama, guru perlu secara priodik
mengganti gambar-gambar atau poster-poster tersebut.
c. Guna mengoptimalkan penataan
ruang, maka hasil-hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi
ruang kelas. karya-karya terpilih siswa yang dipajang dapat berfungsi sebagai
reward dan praise yang dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan
menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
3. Ventilasi
Dan Pengaturan Cahaya
Suhu, ventilasi dan
penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada) adalah aset
penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi
harus cukup menjamin kesehatan siswa.
4. Pengaturan Penyimpanan
Barang-Barang
Barang-barang
hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera
diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Barang-barang yang
karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku
pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sebagainya, hendaknya
ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan
siswa.Tentu saja masalah pemeliharaan juga sangat penting dan secara periodik
harus dicek dan recek. Hal lainnya adalah pengamanan barang-barang tersebut.
Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar. Hal
lain yang perlu diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar
adalah kebersihan dan kerapian. Seyogyanya guru dan siswa turut aktif dalam
membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya.
B. KONDISI
YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN IKLIM YANG KONDUSIF
Lingkungan sistem
pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat memperlancar proses belajar
mengajar dikelas seperti: Kompetensi dan kreativitas guru dalam mengembangkan
materi pembelajaran, penggunaan metode dan strategi belajar yang bervariasi,
pengaturan waktu dalam proses belajar mengajar dan pengunaan media dan sumber
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta penentuan evaluasi
untuk mengukur hasil belajar siswa. Keselurahan aspek yang dijelaskan di atas
didesain sedemikian rupa dalam proses pembelajaran.
Yang menjadi penekanan dalam penciptaan atmosfir belajar yang kondusif adalah
penciptaan suasana pembelajaran yang (1) menyenangkan, (2) mengasyikkan, (3)
mencerdaskan, dan (4) menguatkan.
1. Menyenangkan Dan Mengasyikkan
Menyenangkan dan
mengasyikkan terkait dengan aspek afektif perasaan. Guru harus berani mengubah
iklim dari suka ke bisa. Guru hendaknya dapat mengundang dan mencelupkan siswa
pada suatu kondisi pembelajaran yang disukai dan menantang siswa untuk
berkreasi secara aktif. Rancangan pem belajaran terpadu dengan materi pembelajaran
yang kontekstual harus dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh guru.
Untuk keperluan itu guru-guru dilatih:
a.
bersikap ramah
b. membiasakan diri selalu tersenyum
c. berkomunikasi dengan santun dan patut
d. adil terhadap semua siswa
e. senantiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.
f. menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik
yang dekat dengan kehidupan siswa.
2. Mencerdaskan Dan Menguatkan
Mencerdaskan bukan hanya
terkait dengan aspek kognitif, melainkan juga dengan kecerdasan majemuk
(multiple intelligence). Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana guru dapat
mengalirkan pendidikan normatif ke dalam mata pelajaran sehingga menjadi
adaptif dalam keseharian anak. Inilah yang merupakan tujuan utama dari fundamen
pendidikan kecakapan hidup (life skill). Oleh karena itu, guru dilatih:
a. Memilih tema-tema yang dapat
mengajak anak bukan hanya sekedar berpikir, melainkan juga dapat merasa dan
bertindak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Teknik-teknik penciptaan suasana
yang menyenangkan dalam pembelajaran, karena jika anak senang dan asyik, tentu
saja bukan hanya kecerdasan yang diperoleh, melainkan juga mekarnya “kepribadian
anak” yang menguatkan mereka sebagai pembelajar.
c. Memberikan pemahaman yang cukup
akan pentingnya memberikan keleluasaan bagi siswa dalam proses pembelajaran.
d. Jangan terlalu banyak aturan yang
dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak akan menyebabkan anak-anak selalu
diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti rasa bersalah.
Beberapa praktik penciptaan atmosfir belajar yang baik (good practice)
dikemukakan berikut ini:
a. Sebelum memulai pelajaran, dengan
sikap yang ramah dan penuh senyuman guru menyapa beberapa orang siswa dan
menanyakan mengenai keadaan dan kesiapan masing-masing siswa untuk belajar.
Bahkan ada guru yang membuka pelajaran diawali dengan nyanyian pendek dan
selanjutnya menugaskan seseorang siswa melanjutkan lagu tersebut.
b. Di awal pelajaran, guru
membiasakan siswa untuk berdoa secara bersama agar Tuhan senantiasa memberikan
kesehatan dan kemudahan dalam memahami pelajaran. Selanjutnya, guru juga tidak
lupa memberikan pencerahan-pencerahan rohani kepada para siswa agar mereka
senantiasa saling menghormati dan menghargai, kejujuran dan tanggung jawab bagi
setiap tugas yang diberikan.
c. Selama proses pembelajaran
berlangsung, guru senantiasa mengembangkan bentuk komunikasi yang efektif, agar
siswa dapat bertanya atau mengemukakan pendapat dalam suasana yang menyenangkan
dan merasa tidak tertekan, tidak takut atau merasa bersalah.
Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio emosional
dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar
mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran.
Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi :
a. Tipe
Kepemimpinan
Peranan
guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas.
Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya secara demokratis atau malah otoriter.
Kesemuanya itu memberikan dampak kepada peserta didik. Tipe kepemimpinan guru,
artinya adalah fungsi yang melekat pada guru ketika berada dalam kelas. Gaya
apa yang muncul ketika guru melaksanakan peran sebagai pemimpin dalam
pembelajaran di kelas. Apakah gaya otoriter segala sesuatunya diatur dan
diarahkan oleh sendiri dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk terlibat
didalamnya, atau gaya demokrasi dimana terjadi proses timbal balik antara guru
dan murid sesuai dengan peranannya masing-masing.
b. Sikap Guru
Sikap guru dalam
menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan
tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat
diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya bukan
membenci siswanya. Terimalah siswa dengan hangat sehingga ia insyaf akan
kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang
menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki
kesalahannya. sikap yang diperlihatkan oleh guru di depan kelas atau di luar
kelas yang akan mempengaruhi mood anak, apakah anak merasa tertarik dengan
sikap guru atau malah tidak tertarik. Sikap yang baik sebagai seorang guru,
bapak/ibu, kakak, orang dewasa yang memberikan bimbingan tentunya adalah hal
yang paling baik diperlihatkan.
c. Suara Guru
Suara guru, walaupun bukan
faktor yang besar, turut mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Suara yang
melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau malah terlalu rendah sehingga
tidak terdengar oleh siswa akan mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi
membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara hendaknya
relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya
rileks cenderung akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran, dan
tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak membosankan siswa.
d. Pembinaan
Hubungan Baik (Raport)
Pembinaan hubungan baik
(raport) antara guru dan siswa dalam masalah pengelolaan kelas adalah hal yang
sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa
senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, relaistik
dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal
yang ada pada dirinya. Pembinaan hubungan baik, hubungan antara guru dengan
murid harus dibangun berdasarkan fungsi masing-masing dalam konteks belajar
mengajar dikelas, akan tetapi apabila memungkinkan dapat juga dibangun
sifat-sifat kekeluargaan dan keakraban yang menyebabkan siswa merasa nyaman dan
aman berhubungan seperti dengan ibu dan bapaknya dirumah.
e. Kondisi
Organisasional
Kegiatan rutin yang secara
organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat
mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur
secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka
sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap
siswa kebiasaan yang baik. Di samping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku
secara teratur dan penuh disiplin yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas
tersebut anatar lain:
a. Pergantian pelajaran, ketika
terjadi penggantian dalam pelajaran harus disikapi oleh guru karena dalam proses
ini ada jeda (kekosongan) yang memungkinkan terjadinya interaksi yang tidak
diharapkan dari siswa dengan siswa lainnya. Perlu disikapi dengan arif bahwa
ketika mengahiri pelajaran guru tidak terlalu cepat karena guru selanjutnya
apakah sudah tiba dan apabila belum maka masa jeda itu terlalu lama.pada semua
kegiatan
b. Guru berhalangan hadir, guru yang
berhalangan hadir akan menyebabkan terjadinya kekosongan dalam proses belajar
mengajar. Untuk menghindari terjadinya keributan atau perilaku-perilaku yang tidak
diharapkan dari siswa seperti berlarian kesanaha kemari menggangu kelas lain,
dan menimbulkan kerusakan pada fasilitaskelas, maka guru piket harus paham apa
yang terjadi dan mempersiapkan diri untuk menutup ketidakhadiran tersebut.
c. Masalah antar siswa, masalah antar
siswa biasanya terjadi karena kondisi emosional yang tidak terkendali dan tidak
terorganisasikan oleh guru. Guru harus memahami karakteristik dan potensi guru
sehingga dapat dipahami keseluruhan perilaku masing-masing dan menekan munculnya
konflik diantaranya.
d. Upacara bendera, pada saat upacara
bendera siswa harus diorganisasikan berdasarkan tingkatan kelas sehingga mereka
dapat tertib mengikuti kegiatan upacara bendera.
e. Kegiatan lain ; kesehatan dan
kehadiran siswa, penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa,
peraturan sekolah yang baru, kegiatan rekreasi dan social
C. PRINSIP-PRINSIP MENGAJAR YANG
EFEKTIF
Ketika mengajar adalah hal
yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara
tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal. Guru harus menguasai
beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara
fleksibel. Hal yang dibutuhkan dua hal utama yaitu: (1) Pengetahuan dan
keahlian profesional; (2) komitmen dan motivasi. Guru yang efektif memiliki
strategi pengejaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan,
perencanaan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana memotivasi,
berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari berbagai
latar belakang kultural.
1.
Penguasaan Materi Pelajaran
Guru yang efektif harus
berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Tentu saja, pengetahuan subjek
materi tidak hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum. Ini juga
membutuhkan pengetahuan dasar pengorganisasian materi, mengkaitkan berbagai
gagasan, cara berpikir dan berargumentasi.
2. Strategi
Pengajaran
Dalam hal ini bagaimana
guru dapat membuat pengajaran materi dapat dikuasai oleh murid. Pada pendidikan
model lama (tradisional) terlalu menekankan murid harus duduk diam, menjadi
pendengar pasif dan menyuruh murid untuk menghafal informasi yang relevan dan
tidak relevan. Kemudian berganti pada prinsip konstruktivisme, yaitu menekankan
agar murid secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahamannya.
Namun tidak semua ahli setuju dengan cara di atas, tetapi yang terpenting
adalah walaupun anda menggunakan salah satu strategi di atas, masih banyak hal
yang harus diketahui, hal-hal yang memberikan pengaruh dalam pengajaran yang
efektif.
3. Penetapan
Tujuan Dan Keahlian Perencanaan Instruksional
Guru yang efektif tidak
sekadar mengajar di kelas, entah dia menggunakan perspektif tradisional atau
konstruktivisme di atas. Mereka juga harus menentukan tujuan pembelajaran dan
menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu.
4. Keahlian
Manajemen Kelas
Aspek penting lainnya
untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga kelas tetap aktif bersama
dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif dapat
mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif.
5. Keahlian
Motivasional
Guru yang efektif
mempunyai strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Guru yang
efektif tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang
sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid untuk
berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri.
6. Keahlian
Komunikasi
Hal yang perlu diperlukan
untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan
komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari murid, dan memapu
memecahkan konflik secara konstruktif.
7. Bekerja Secara
Efektif Dengan Murid Dari Berbagai Kultur Yang Berbeda
Guru yang efektif harus
mengetahui dan memahami anak dengan latar belakang kultural yang berbeda-beda,
dan sensitif terhadap kebutuhan mereka. Mendorong murid satu dengan murid yang
lain untuk berhubungan positif.
8. Komitmen
Dan Motivasi
Menjadi guru yang efektif
juga membutuhkan komitmen dan motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan
perhatian kepada murid. Komitmen sangat dibutuhkan dalam pengajaran, bagaimana
guru memberikan tenaga dan pikiran untuk memberikan pengajaran yang dapat
diterima oleh murid dengan baik. Guru yang efektif juga mempunyai kepercayaan
diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif
melunturkan motivasi mereka.
Mengajar yang efektif
adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif. Prinsip mengajar yang
efektif.
a. Konteks
Konteks yang baik meliputi
:
1. dapat membuat pelajar menjadi lawan
berionteraksi secara dinamis dan kuat.
2. terdiri dari pengalaman actual dan
konkret, pengalaman konkret yang dinamis merupakan alat untuk menyusun
pengertian, bersifat sederhana, dan pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi.
b. Fokus
Untuk mencapai
pembelajaran yang efektif, harus dipilih focus yang memiliki ciri-ciri :
1.
Memobilisasi tujuan
2. memberi bentuk dan uniformitas pada belajar
3. Mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penemuan.
c. Sosialisasi
Kondisi social pada suatu
kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung
di kelas tersebut.
d. Individualisasi
Dalam mengorganisasikan
kelas guru harus memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsangnya untuk
menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan dengan baik.
e. Urutan
Bila hendak mencapai
belajar yang otentik, organisasi rangkaian atau urutan dari belajar dengan
penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula.
f. Evaluasi
Evaluasi sebagai suatu
alat untuk mendapatkan cara-cara melaporkan hasil-hasil pelajaran yang dapat
dicapai dan dapat memberi laporan tentang siswa kepada siswa itu sendiri serta
kepada orang tuannya dan kita pelaku pembelajaran.
D. INDIKATOR
KELAS YANG MENYENANGKAN
Kelas adalah lingkungan
sosial bagi anak/siswa, dimana di dalam kelas terjadi proses interaksi baik
siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Di dalam kelas juga terjadi kontak
secara fisik dimana siswapun akan berhubungan dengan segala fasilitas yang ada
di dalam kelas. Oleh karena itu kelas harus di disain sedemikian rupa oleh guru
sehingga kelas merupakan lingkungan yang menyenagkan bagi siswa dalam tugas dan
peranannya di dalam kelas sebagai peserta didik dan tugas serta peranannya
dalam perkembangan disik maupun emosionalnya. Oleh karena itu kelas harus
memenuhi syarat-syarat yang menggambarkan sebagai kelas yang baik dan
menyenangkan:
-
Kelas itu harus rapi, bersih, sehat dan tidak lembab
- Kelas harus memiliki/memperoleh cukup cahaya yang meneranginya
- Sirkulasi udara dari dalam dan luar kelas harus cukup
- Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi
- Jumlah siswa tidak melibihi dari 40 orang.
Kelas
nyaman meliputi :
- Penataan ruang kelas, kelas menjadi
terasa nyaman sebagai tempat untuk belajar dan bermain bagi siswa bila ruangan
kelas tertata dengan rapi. Penempatan setiap fasilitas dalam kelas mengiuti
asas estetis (keindahan) dan asas safety (keamanan).
- Penataan perabot kelas, kelas yang
nyaman dimana perabot kelas yang dimiliki tidak harus mahal akan tetapi perabit
tersebut ditempatkan pada tempat yang tepat sehingga tidak menggangu kegiatan
belajar dan dari sisi kebersihan terjaga dengan baik, serta tidak menimbulkan
rasa tidak aman bagi siswa.
Dalam buku Quantum
Teaching , Bobbi de Porter , Mark Reardon dan Sarah Singer – Nourie, menyatakan
bahwa ada beberapa hal yang perlu dibangun untuk menciptakan suasana kelas yang
refresh dan menyenangkan adalah sebagai berikut :
1. Niat /
Keyakinan
Niat kuat / keyakinan
seorang guru , atau kepercayaannya akan kemampuannya dan motivasi siswa
haruslah terlihat jelas saat pembelajaran berlangsung . Guru harus ber anggapan
bahwa anak didiknya adalah anak – anak jenius dan pintar dan dirinyapun adalah
guru yang top. Hal ini sangat perlu agar sang guru termotivasi untuk semangat
mengajar.
2. Menjalin
Rasa Simpati dan Saling Pengertian
Guru harus membangun
hubungan, yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan
yang didasari rasa simpati akan membangun jembatan menuju kehidupan bergairah
siswa, membuka jalan memasuki dunia baru mereka, mengetahui kekuatan minat
mereka, dan berbicara dengan bahasa hati mereka . Membina hubungan dapat memudahkan
guru melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas, memperpanjang waktu fokus,
dan meningkatkan kegembiraan. Selanjutnya, untuk membangun hubungan Bobbi de
Porter memberi tips sebagai berikut :
a. Perlakukan siswa sebagai manusia
sederajat .
b. Ketahuilah apa yang disenangi
siswa , cara pikir mereka , dan perasaan mereka mengenai hal – hal yang terjadi
dalam kehidupan mereka .
c. Bayangkan apa yang mereka katakan
kepada diri sendiri , mengenai diri sendiri .
d. Ketahuilah apa yang menghambat
mereka untuk memperoleh hal yang benar – benar mereka inginkan . Jika anda
tidak tahu , tanyakanlah .
e. Berbicaralah dengan jujur kepada
mereka , dengan cara yang membuat mereka mendengarnya dengan jelas dan halus .
f. Bergembiralah dengan mereka .
g. Membangun Kegembiraan / keriangan.
Jika guru secara sadar mau
menciptakan kesempatan suasana kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar ,
maka kegiatan belajar akan lebih menyenangkan dan refresh . Kegembiraan akan
membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah , mengusir rasa kebosanan ,
bahkan dapat mengubah sikap negatif siswa terhadap guru maupun mata pelajaran
yang kurang disukainya .
3. Membangun
Rasa Saling Memiliki
Manusia adalah makhluk
sosial . Sebagai makhluk sosial , semua siswa ingin saling memiliki . Dengan
mengasah perasaan siswa untuk saling memiliki , guru memberi kepaduan kepada
suasana kelas yang dapat mempercepat proses belajar siswa dan mengajar guru .
Jika seorang guru mampu membangun rasa saling memiliki , berarti guru juga
telah berhasil menyingkirkan ancaman ( rasa ketakutan / cemas ) , yang dapat
membangun suasana mengizinkan otak siswa untuk bersantai , emosi siswa terlibat
sepenuhnya dalam belajar , dan proses belajarpun dapat dimaksimalkan . Rasa
saling memiliki menciptakan rasa kebersamaan , kesatuan , kesepakatan , dan
dukungan dalam belajar . Rasa ini juga dapat mempercepat proses belajar
mengajar dan meningkatkan rasa kepemilikan belajar .
4.
Keteladanan
Guru adalah sosok penting
yang dapat “ digugu dan ditiru “ . Siswa sering mencari – cari alasan untuk
tidak tertarik dengan jalan mencari ketidaksesuaian antara kata – kata guru
dengan semua perbuatan guru. Tetapi , semakin banyak guru memberi keteladanan ,
maka siswa semakin tertarik dan mulai mencontoh guru. Karena, mereka menemukan
dan merasakan kesebangunan, kecocokan antara keyakinan dan perkataan guru
dengan perbuatannya . Jadi , memberi teladan adalah salah satu cara ampuh untuk
membangun hubungan serta menambah kekuatan pada proses pembelajaran siswa .
Satu hal yang perlu diingat – ingat oleh guru , semuanya berbicara . Pakaian ,
penampilan , senyuman , dan sebagainya akan dinilai oleh siswa dan , tidak ada
yang berbicara lebih keras dari pada tindakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Salah
satu faktor penting untuk pembelajaran adalah terpenuhinya kondisi dan suasana
belajar yang optimal. Tindakan manajemen kelas adalah tindakan yang dilakukan
guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar pembelajaran berlangsung
efektif. Kondisi fisik yang harus diperhatikan antara lain ruang kelas,
pengaturan tempat duduk, ventilasi, pengaturan cahaya dan pengaturan
penyimpanan barang-barang. Kondisi
sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses
belajar-mengajar, kegairahan siswa dan keefektifan tercapainya tujuan
pengajaran. Kondisi ini dapat melalui beberapa tipe yaitu tipe kepemimpinan
guru, sikap guru, suara guru, dan pembinaan hubungan baik antara guru dan
siswa.
B.
Saran
1.
Memperhatikan kondisi fisik dari sebuah
tempat belajar merupakan hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru.
2.
Guru harus memikirkan kondisi fisik
yang sesuai dengan situasi atau kondisi peserta didik dan kelengkapan peralatan
karena kondisi fisik yang baik akan meningkatkan minat belajar siswa.
3.
Menjadi seorang guru harus cermat dalam
mengamati kondisi sosio-emosional peserta didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdikbud. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Dirjen
PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan
Kelas di Sekolah Dasar. Seri Peningkatan Mutu 2. Jakarta: Depdagri dan
Depdikbud.
Dirjen
PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan
Kelas di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.
Entang,
M dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan
Kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan Penddikan Tenaga Kependidikan.
(www.khusnuridlo.net/2010/.../strategi-pengelolaan-kelas-dalam.html-)
(sdnpondokbambu10pagi.wordpress.com/.../penataan-tempat-duduk-siswa-sebagai-bentuk-pengelolaan-kelas/).
-(www.khusnuridlo.net/2010/.../strategi-pengelolaan-kelas-dalam.html-)
(file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/A.pdf).
-(file.upi.edu/ai.php.MODUL%20MANAJEMEN%20KELAS)
(ninaekasari.blogspot.com/2010/.../cara-mengajar-yang-efektif.html)